Mengenai Saya

haLo teMAn-teMan bloggEr kenalkan nMa saYa aMrOe,saya sKlh sKrng di SMK negeri 1 subang.untuk para blogger moHOn kritik dan sarannya kepada saya agar bLog saYa jaDi lEbih baIk laGi..

moTO hiDUp uNtuk paRa bLoger hAri iNi! ! !

"berkorbanlah untuk dirimu, berjuanglah untuk bangsamu, dan berjihadlah untuk agama mu."

"sesungguhnya nyawa, akal dan piqiran diberikan kepada kita untuk membela agama mu, bangsamu, dan dirimu"
free counters

iNti sAri

gLoUsoUrs!!!!!!

gLoUsoUrs!!!!!!

Selasa, 26 Agustus 2008

in-group out-group

James W. Vander Zanden (1979) membedakan kelompok-kelompok berdasarkan 3 (tiga) kriteria dari Robert Biersted (1948), yaitu: (1) kesadaran akan jenis yang sama (conciousness of kind) - kecenderungan orang untuk mengakui orang lain seperti dirinya; (2) adanya hubungan sosial antar individu (social relationship between individuals) - hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dalam hal perasaan, sikap, dan tindakan; (3) orientasi tujuan yang sudah ditentukan (goal-oriented associations) – sebuah unit sosial yang secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan ketiga kriteria tersebut Zanden menyatakan ada empat tipe kelompok, yaitu (1) kategori statistik; (2) kategori sosial; (3) kelompok sosial; dan (4) organisasi formal.Kategori statistik tidak memiliki ketiga kriteria diatas, melainkan sebutan dari para sosiolog, demografer, ahli statistik, dan lainnya. Individu-individu dikelompok berdasarkan atribut yang secara umum dimiliki mereka, seperti pelajar, penyandang cacat, atau pengangguran. Pada tipe kategori sosial memiliki kriteria kesadaran akan jenis yang sama. Individu menjadi anggota dari kategori sosial tertentu dengan menyadari adanya sesuatu yang sama diantara mereka yang sesuatu tersebut mempengaruhi perilakunya, seperti laki-laki, perempuan, negro, dan anggota sejenis kelas sosial.Kelompok sosial mirip dengan kategori sosial, yaitu ada kesadaran dari anggota kelompok akan adanya kesamaan diantara mereka, namun kelompok memiliki kriteria lain yaitu adanya interaksi diantara anggota-anggotanya; contoh dari kelompok sosial ini adalah kelompok pertemanan dan keluarga batih. Organisasi formal mirip dengan kategori sosial dan kelompok sosial, namun organisasi formal ini muncul ketika kelompok tersebut secara sengaja dibangun menjadi sebuah unit sosial untuk mencapai tujuan tertentu; contoh organisasi formal adalah perusahaan, instansi pemerintah, lembaga pendidikan, dan lembaga kemasyarakatan. Biasanya dalam organisasi akan disertai dengan birokrasi yang dibuat untuk lebih menjamin adanya pencapaian tujuan.Pembahasan tentang kelompok dalam masyarakat biasanya akan lebih merujuk kepada dua jenis kelompok terakhir, yaitu kelompok sosial dan organisasi formal; bahkan fokus pembahasan seringkali lebih terfokus pada kelompok sosial. Atas dasar itu pula dikatakan bahwa tidak semua kelompok merupakan kelompok sosial, karena ada suatu jenis kelompok lain yang hampir sama dengan kelompok sosial, yang oleh Soerjono Soekanto (1987) disebut dengan kelompok tak teratur, seperti kelompok kerumunan dan antrian karcis. Kelompok tak teratur memiliki kesadaran dan hubungan antar anggota, namun tidak sekuat pada kelompok sosial.
Menurut Zanden (1979), kelompok sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yaitu kelompok primer, kelompok sekunder, in-group, out-group dan kelompok referensi. Kelompok primer merupakan kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan satu sama lain secara intim dan kohesif. Menurut Davis (dalam Zanden, 1979) hubungan dalam kelompok primer biasanya ditandai dengan (1) kontak ‘face to face’, (2) ukuran kelompok lebih kecil, (3) kontak terjadi sering dan intensif. Pada kelompok primer, hubungan yang dibangun antar anggota sangat erat dan saling mengenal secara pribadi, sehingga terjadi peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dan menjadi tujuan individu sebagai tujuan kelompok juga. Walaupun hubungan dalam kelompok primer ini sangat intim, tidak berarti bahwa hubungan yang dijalin itu akan selalu harmonis. Perbedaan faham, bahkan pertentangan ada kalanya terjadi. Yang sering dikategorikan sebagai kelompok primer adalah keluarga, kelompok pertemanan, kelompok kerja sehari-hari.Kelompok sekunder merupakan kelompok yang ditunjukkan sebagai kebalikan dari kelompok primer. Kelompok sekunder biasanya ditandai dengan ukuran yang lebih besar, yang hubungannya tidak perlu saling mengenal secara pribadi, dan sifatnya tidak terlalu langgeng. Bentuk hubungan yang terjadi dalam kelompok sekunder pada umumnya terjadi lebih formal, lebih hati-hati dan diperhitungkan, dan lebih cenderung mawas diri. Kepedulian terhadap yang lain sangat sedikit terjadi pada kelompok sekunder. Tidak seperti pada kelompok primer, dalam saling hubungan pada kelompok sekunder, individu melihat anggota kelompok lain sebagai instrument untuk pencapaian tujuan.Berbeda dengan kelompok primer dan sekunder, pengklasifikasian in-group dan out-group didasarkan kepada cara individu memandang dirinya terhadap sebuah kelompok. Menurut Zanden (1979) in-group merupakan suatu unit sosial dimana secara individual menjadi bagian dari kelompok tersebut dan dia mengidentifikasikan dirinya, yang dalam istilah teknis individu memandang kelompok sebagai “kami”-nya. Sebaliknya, out-group merupakan suatu unit sosial dimana secara individual tidak menjadi bagian dari kelompok tersebut dan dia tidak mengidentifikasikan dirinya; atau kelompok tersebut bagi dia adalah “mereka”-nya. In-group dan out-group feeling ini dapat terjadi pada individu terhadap kelompok primer maupun kelompok sekunder, karena tekanannya lebih pada apakah dia menjadi bagian dari kelompok tersebut dan mengidentifikasikan dirinya atau tidak.Individu yang mengidentifikasikan dirinya dalam suatu kelompok akan memiliki kertikatan yang kuat untuk mengikuti semua aturan yang berlaku dalam kelompok tersebut. Norma-norma yang dikembangkan dalam kelompok menjadi pedoman yang penting baginya dan mempertegas dirinya sebagai bagian dari in-groupnya. Sikap in-group dan out-group dapat menjadi dasar bagi munculnya antagonisme dan antipati, bahkan lebih jauh lagi dapat menimbulkan adanya sikap etnosentrisme. Dengan kata lain, pengembangan sikap in-group dan out-group ini dapat dipacu pula oleh pandangan streotif dari dalam kelompok terhadap kelompok lainnya

sumber : http://blogs.unpad.ac.id/rsdarwis/?p=12
Kualitas hubungan personal yang paling jelas dan pasti adalah sifatnya yang tak dapat dipindahlan (non transferable). Hubungan ini terikat pada individu tertentu yang tidak dapat diduplikasi atau digantikan. Hubungan personal yang baru dapat dibuat, yang lama dibuang, motif utama yang merintis hubungan lama dapat memberi tempat pada motif yang lain, tetapi individu tidak dapat digantikan dengan individu yang lain dalam hubungan yang sama. In-Group dan Out-Group In-Group adalah kelompok kita, dan Out-Group adalah kelompok mereka. In-Group dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluara kita adalah In-Group yang primer. Fakultas kita adalah In-Group yang kelompok sekunder. Perasaan In-Group deiungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama. Untuk membedakan antara In-Group dan Out-Group, kita membuat batas (boundaries) yang menentukan siapa masuk ke dalam, dan siapa orang luar. Batasan- batasan ini dapat berupa lokasi geografis (wilayah), suku bangsa, pandangan atau ideologi, bahasa, agama, kekerabatan dll. Semangat ini lazim disebut dengan kohesif kelompok. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder. Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara emosional hanya pada beberapa kelompok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan kita, dan tetangga yang dekat (di kampung/desa bukan di real estate), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita. Kelompok ini disebut dengan kelompok primer.
sumber : http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=11&dn=20080312122630

1 komentar:

Rza mengatakan...

thanks ya broooooooooooooooooooooooooo

buat pr maklah aku